Senin, 15 Agustus 2011

MEMBANGUNKAN DOWNLINE TIDUR


Kini pelaku bisnis yang bermain di dunia Direct Selling/Multi-Level Mareting (DS/MLM) di Indonesia ada sekitar 4 juta orang. Namun hampir 80% menjadi downline tidur. Bagaimana kiat leader membangunkan mereka agar aktif kembali?

Awal-awalnya downline mengajukan keluhan, kemudian mulai jarang hadir ke training-training. Dan akhirnya mereka lupa sebagai member dari perusahaan MLM yang ia ikuti.
Ia pun tidak memakai produk, tidak menjual produk,dan akhirnya juga tidak merekrut orang.

“Yang begitu banyak disini. Untuk mengetahuinya lihat dari pertemuan. Disini ada meeting regular, seminggu dua kali. Kalau biasanya, dua atau tiga kali berturut-turut tidak hadir, pasti ada sesuatu yang harus saya Bantu. Saya hitungannya dari pertemuan, Dua tiga kali pertemuan mereka tidak hadir, saya langsung hubungi, kok ngga aktif,” ujar Top Leader


Pengakuan serupa disampaikan Top Leader CNI Muhammas Ikhwan, Top Leader SUNRIDER S. Kawi, Top Leader Ahd-Net Ujang Syamsrizal, dan Top Leader Tupperware Hj. Ariany Sinulingga. Mereka mengakui banyak pengikut MLM yang menjadi downline pasif. Biasanya mereka mengklaim hanya sekitar 20-30 persen yang aktif menjadi member. Hal ini sesuai dengan teori produktivitas karyawan dalam sebuah perusahaan.

“Mungkin sebenarnya rumus yang sering kami dengar itu 80-20. Jadi kalau 70-30 itu memang ada namun kita belum pernah dengar. 80-20 itu kalau tidak salah nama hukumnya hukum parreto. Jadi setiap aspek kalau kita perhatikan umpamanya di kantor karyawannya ada 100, itu yang betul-betul kerja 20%. Sementara 80%nya menyibukkan diri. Di tiap organisasi juga hukum 80-20 seperti diatas berlaku, “jelas Hermansyah B.P (31), Direct Distributor Amway Indonesia, kepada Network Marketing berapa waktu lalu.

Masalah tersebut masih menjadi persoalan orang-orang MLM. Hingga kini menurut data Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) bahwa pelaku MLM yang ada di Indonesia sekitar 4 juta orang. Mereka (distributor) terdiri dari pemain aktif, pasif dan user. Melihat dari pengakuan para top leader dan perkembangan dunia network marketing, hampir 80% pelaku MLM tidak aktif. Artinya dari 4 juta hanya 800.000 orang yang aktif sedangkan 3.200.000 lainnya tertidur pulas.

Upline dan Downline

Seseorang pasif(downline tidur) dalam menekuni bisnis MLM sebuah perbuatan yang disayangkan. Ia berbeda dengan bisnis konvensional lainnya. Bisnis MLM sangat bergantung kepada aktivitas pribadinya. Ia tidak menerima gaji bulanan dari majikannya sebagaimana karyawan di kantoran atau pabrik. Siapa rajin, pasti dapat. Itulah prinsip-prinsip MLM yang harus dipegang.

Bisnis MLM memang punya ciri khas tersendiri. Misalnya teknik duplikasi. Kesalahan duplikasi dapat membuat seseorang menjadi downline yang pasif. Bakhan ada juga yang sampai tidur pulas dan tidak bangun lagi. “Duplikasi dalam bisnis MLM itu penting, karena bisnis ini tidak menjadi besar bila tidak terjadi penduplikasian. Penduplikasian itu tercipta di pertemuan-pertemuan. Artinya siapa yang jarang menghadiri pertemuan bisa saja membuat downline tertidur, “jelas Top Leader CNI Muhammad Ikhwan.

Menurut Ikhwan, penduplikasian itu bersifat fleksibel. Misalnya ada sisi yang bagus dari leader yang sukses boleh dikreativitaskan oleh downline-nya. Setiap downline tidak boleh tergantung dengan upline. Upline akan membentuk grup-grup baru yang baru, maka kalau downline tergantung si upline tidak akan berkembang dan tidak akan mandiri. MLM pada dasarnya kemandirian. Dengan demikian tidak ada lagi downline yang tidur dan malas-malasan.

Sebenarnya banyak alasan lain yang mebuat seorang pasif dalam menekuni MLM. Misalnya tidak mengerti produk, Marketing Plan dan visi perusahaan (lihat table 1). Namun bila melihat itu semua tampaknya ada dua penyebab utama, yaitu pada upline dan downline itu sendiri. Kesalahan upline misalnya tidak mampu memberikan materi training yang berbobot dan mengenai sasaran. “Hanya saja cara-cara mereka untuk men-training dan untuk merekrut penyampaiannya tidak menyentuh atau tidak mengena denganc alon downline,” jelas Top Leader Tupperware Hj. Ariany Sinulingga.

Menurutnya, untuk memberikan materi yang berkaitan MLM harus diperhatikan pesertanya. Karena tidak semua orang yang ikut orang miskin dan tidak berpendidikan. Adanya juga orang kaya. Artinya teknik dan cara pendekatan harus berbeda. Cara ini dapat membantu orang untuk aktif dalam melakukan bisnis MLM. (lihat table 2)

Sementara itu, persoalan downline tidur karena dirinya sendiri. Biasanya ia tidak memiliki sikap atau mental yang kuat. Mereka terlalu lemah dan terlalu dibawa mimpi kaya tanpa kerja, “Mereka hanya tahu impian-impian, tetapi tidak mau melakukan seperti yang dilakukan orang-orang yang telah sukses, seperti pertemuan secara rutin, “ jelas Muhammad Ikhwan.

Pertemuan rutin bisa dijadikan sebuah penilaian. Kalau dalam sebulan atau paling lama dua bulan mereka jarang ikut pertemuan, artinya mereka mulai pasif. Hal ini menurut Top Leader SUNRIDER Kawi harus segera diatasi. “Sebulan pertama pasif, itupun kita harus sudah ada action. Kita teliti dulu apakah ada sesuatu yang memang tidak bisa dihindari. Satu dua bulan harus terus dimonitor. Jangan terlalu lama. Kalau terlalu lama ketiduran, tidurnya pulas, repot,” jelasnya.

Disaat seperti itulah seorang downline tidak perlu dibangunkan. Menurut istruktur motivasi MLM Lukman Tjahyadi, unutk downline tidur kita harus bangkitkan motivasinya. Caranya dengan memasukkan informasi ke dalam pikiran bawah sadarnya secara berulang-ulang. Itu bisa disamakan dengan berdoa atau wirid.

Downlie tidur adalah biasa. Bisnis apapun ada seperti itu. Biarkan ia tidur dengan mimpinya, tapi jangan terlalu lama. Bisnis MLM membuthkan jaringan dan impian nyata. Itulah tugas upline untuk membangunkan downline-nya.
Bagaimanapun mereka masih bisa dibangunkan karena mereka bukan mati.

1 komentar: