Senin, 15 Agustus 2011

KENDALA DI BISNIS MLM


Anda seorang upline atau leader ? Hendaknya anda tajam dalam mencium kendala-kendala yang dihadapi downline dalam bisnis ini. Apa saja kendala-kendala itu ?
Dibanding bisnis lainnya, mungkin cuma MLM yang sarat dengan proses pembelajaran. Di bisnis ini, lewat training yang digelar oleh perusahaan maupun leader, seorang digojlok untuk menjadi entrepreneur. Ia dilatih ”Siap Pakai” menghadapi penolakan dan kegagalan dalam menjual maupun mengajak propsek bergabung untuk merubah hidup.

Karena itu, pakar kebebasan finansial, Robert T. Koyosaki lebih mengedepankan soal pendidikan (training), ketimbangn soal produk dan marketing plan, walupun peran keduanya tidak dapat diabaikan. Di training itu, pelaku bisnis ini, langsung dibenturkan pada praktek-praktek kehidupan nyata. Misalnya, melakukan kesalahan, menghadapi ketakutan dengan bertindak, lalu belajar dari kesalahan, memperbaiki dan mengulangi prosesnya. Menurutnya, sebagai sekolah kehidupan yang nyata, perusahaan MLM yang rancangan pendidikannya bagus dapat menjadi program pengembangan pribadi jangka pendek yang terbaik. Perusahaan itu akan memegang tangan anggotanya, menuntun ke arah kehidupan yang melamlapui ketakutan dan kegagalan.
Di MLM, lazimnya proses pembelajaran dilakukan, sedikitnya satu tahun. Selama itu pula, pelaku bisnis ini dicekoki tentang kesuksesan, prinsip leadership (kepemimpinan), keahlian manajemen, membangun kerjasama team dan sebagainnya. Dengan bekal semua itu, diharapkan pelaku bisnis MLM dapat menjadi pengusaha jaringan, yang mampu menduplikasikan dirinya kepada segenap downline di Jaringan nya. Lalu, dapat ”mencium” kendala kendala yang dihadapi setiap downline nya. Kendala itu misalnya downline tidak aktif, ataupun keluar dari bisnis MLM. Padahal, anda merekrutnya begitu semangat, memberikan motivasi, sampai kepada mengajaknya mengikuti training. Soal ini pasti dialami oleh setipa upline maupun sponsor, khususnya pada bulan pertama menggeluti bisnis ini. Lantas, apa solusinya ? satu satunya jalan, berikan waktu dan bantuan kepada mereka secara total, tanpa harus merugikan anda. Dan ingatlah, walaupun bantuan diberikan, tidak menjamin mereka tetap bertahan di bisnis ini. Lebi-lebih bagi mereka yang tidak mendapat support dari upline maupun sponsor.

Berikutnya, menyia-nyiakan waktu. Banyak orang, walau punya waktu luang banyak, tidak mempergunakannya secara optimal. Mereka membiarkan waktu terbuang percuma. Padahal begitu banyak waktu yang anda luangkan buat mereka, dan mengarahkan segala kemampuan yang anda miliki. Misalnya, memberikan pemahaman tentang bisnis ini, membawanya mengikuti training-training atau mendengarkan cerita sukses orang lain. Lalu, tiba gilirannya anda meminta mereka membuat suatu keputusan. Sayang, jawaban yang sering muncul NO, ketimbang YES. Kurangnya modal, juga sering dijadikan kendala. Prospek, ataupun downline, tidak melakukan pembelian produk, naif untuk mengkonsumsinya maupun menjual pada konsumen. Alasanya, ya modal kurang dan harganya kelewat mahal. Bisa juga, kurangnya modal itu, karena salah menjalankan bisnis ini. Mereka terobsesi membangun jaringan dengan cepat.

Padahal, proses tersebut, tidaklah berlangsung dengan cepat dan memakan waktu lama. Jadi, kocek yang dikeluarkan dalam perjalanan menemui prospek maupun menghubungi lewat telepon, cukup besar. Makanya, cobalah melakukan penjualan agar dipeorleh keuntungan eceran. Dari keuntungan itu, perputaran arus barang dapat berlangsung dengan cepat, sehingga perolehan poin pun bertambah pesat. Ingatlah, membangun tim itu lebih sulit ketimbang menjual. Mereka yang punya stok produk besar, belum tentu seorang yang mampu membangun suatu tim, walaupun sukses dengan penjualan. Tapi, saat mereka mencontoh anda dengan pengalaman yang sedikit, tapi tidak menemukan kesuksesan, mereka akan berhenti. lalu, mengembalikan semua stok produk demi meminimalkan biaya yang dikeluarkan.

Ketika menjual dan menawarkan peluang bisnis itu tentu tidak berjalan dengan mulus. Tidak semua orang menyatakan antusias, banyak diantaranya menolak. Jika anda gagal mengatasi penolakan dan kegagalan, memunculkan depresi saat segala sesuatunya salah. Jadi, solusinya. jadilah seorang optimis sejati. Ingatlah, MLM itu permainan angka. Lanjutkan penjualan dan mensponsori sebanyak mungkin,sehingga sukses dapat diraih. Dan orang yang gagal itu adalah orang yang menyerah sebelum perang.


Walaupun bisnis ini banyak mencetak jutawan dari berbagai lapisan sosial, namun kepercayaan mayarakat terhadap industri ini masih minim. Ataupun, karena banyak bisnis yang berkedok MLM tapi merugikan banyak orang, menimbulkan ketidak percayaan terhadap bisnis MLM sejati. Mereka selalu diluputi pikiran negatif terhadap bisnis ini, sehingga menjadi "PR" dari pelaku bisnis ini untuk membersihkannya. Jadi, kepada mereka, janganlah menyebut nilai nominal yang diperoleh di MLM, sebab mereka tidak bakalan percaya, mereka mem vonis tidak mungkin, seraya menyebutkan beberapa orang yang gagal. Jika anda terpengaruh, maka anda akan melupakan kekuatan dari bisnis ini, lalu berhenti di tengah jalan. Bukan mustahil, kondisi semacam ini juga menjalar pada downline di jaringan anda, yang tentunya akan menunda dan merampok sukses yang anda rintis. Tapi ingatlah, segala sesuatu yang sumbang yang mereka lontarkan tidak sebanding dengan peluang dan kesempatan yang dihasilkan dari bisnis ini :
Menjadi Jutawan, jadi tetaplah menumbuh kembangkan pemikiran positif terhadap MLM.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar