Kamis, 28 Juli 2011

Ojo gumunan!


 by networkbuilder01 in Uncategorized Tag:downline, mlm, network marketing, networkbuilder, upline
Al kisah, ada seorang pemimpin dalam bisnis network marketing, dia adalah orang yang sangat obsesif dan ingin sekali cepat sukses. Setiap kali dia mendengar kisah sukses seseorang lalu dia kejar dan belajar dari orang itu. Belajar tentang metode bagaimana koq orang itu bisa cepat. Suatu saat, ketika bertemu dengan seseorang yang cepat bisnisnya, dia belajar tentang orang itu mengajarkan downlinenya untuk berkeliling psar hingga omsetnya besar. Lalu diapun mengumpulkan downlinenya dan mulailah mempraktekkan di groupnya….saat proses berjalan, tidak berapa lama dia mendengar ada orang lain yang cepat sekali kariernya dengan sebuah metode baru yaitu melalui penjualan melalui kantor-kantor berkeliling. Lalu diapun mengumpulkan downlinenya dan sekali lagi menerapkan ilmu barunya tersebut….begitulah yang terjadi…terus…dan terus terjadi. Lalu apa yang terjadi berikutnya? Banyak orang yang rontok dalam jaringannya. Bukannya cepat tapi lambatlah yang dia dapat karena membangun bisnis dengan terlalu emosional, tanpa berfikir jangka panjang. So, Mau dibawa kemana group anda?
Inilah fenomena yang disebut syndrome shaining objek, penyakit silau dengan sesuatu yang bersinar, dimana ada orang atau member lain yang kelihatan atau diisukan berhasil atau punya cara cepat, lalu orang berbondong bondong belajar dan menerapkannya secara membabi buta dalam groupnya. Tak lama kemudian muncul lagi shining objek yang lain, lalu dia pun memburu orang ini dan belajar darinya, dan menerapkan lagi metode objek ini secara serampangan tanpa dasar rencana yang tersusun rapi….apa yang terjadi kemudian? Para downline menjadi bingung, apa sebenarnya mau dari uplinenya. Baru menerapkan metode baru, kemudian berganti lagi-berganti lagi tanpa evaluasi dan penjelasan yang terperinci dan terkerangka.
Begitulah drama network builder yang terlalu emosional dalam membangun bisnisnya, ingin cepat tapi malah kuwalat . Seringkali emosional melupakan akal sehat. Lalu bagaimana seharusnya? Yang seharusnya dilakukan adalah selalu berkonsultasi kepada upline pelatihnya setiap kali menggunakan metode atau taktik baru, agar selalu terkoordinasi dan terpantau oleh uplinenya. Upline lebih tahu kondisi anda karena pernah mengalaminya, upline lebih paham apakah metode ini bisa diterapkan atau tidak didalam jaringan anda. Ibarat peta, Upline lebih tahu gambar besar posisi anda.
Ojo gumunan, jangan kagetan, atau jangan terlalu takjub dengan keberhasilan seseorang. Lihat dulu gambar besarnya, mulai dari lingkungan /daerah metode ini diterapkan, asal usul kenapa diterapkan atau bahkan latar belakang pelakunya, bisa jadi sangat tidak pas ketika diaplikasikan dalam group anda.
Teruslah belajar agar kita lebih mengetahui gambar besar dari bisnis ini keseluruhan. Sejatinya ibarat peta, kita sedang terus belajar untuk mengetahui sebuah wilayah. Peta yang kita buat dari wilyah itu sangat tergantung dari pemahaman kita terhadap wilayah itu, maka semakin paham kita terhadap wilayah itu maka semakin jelas dan mudah dipahami petanya. Orang baru di Jakarta tentu kalau disuruh menggambar peta Jakarta tidak bisa, sehingga dia akan sering tersesat. Maka dia butuh pemandu/mentor yang akan mengarahkan dia. Tapi bila anda adalah orang yang terus belajar tentang Jakarta dan sering melakukan keliling kota, maka pasti pemahaman akan peta Jakarta semakin bagus dan tidak mudah tersesat. Bahkan anda akan menjadi mentor/ pemandu yang handal bagi orang-orang baru dan tersesat.
Belajar dari mentor anda dan banyak melakukan, akan membuat anda mempunyai gambaran besar dan jelas tentang peta bisnis ini, yang dengan pemahaman ini anda tidak akan mudah diombang ambing dengan pemandangan ‘shining objek’, tidak gumunan dan silau oleh kesuksesan-kesuksesan member lain. karena yang terpenting anda tahu bahwa anda berada di track atau jalur yang benar untuk mencapai tujuannya. Selamat belajar membuat peta bisnis anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar